Minggu, 02 September 2012

STOP DISKRIMINASI ODHA!


Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah acara di Metro TV tentang ibu-ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV. Saya  selalu sedih dan gemas jika membahas bagaimana stigma masyarakat kita terhadap ODHA ( Orang Dengan HIV AIDS ). Stigma tersebut selalu menyangkut masalah moral dan cara penularan HIV AIDS. Masyarakat kita beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang "kotor" akibat perilaku asusila mereka, sering berganti-ganti pasangan, atau pengguna narkoba. Mereka dipersalahkan, didiskriminasi, bukan hanya karena anggapan bahwa mereka tidak bermoral, tetapi juga karena pengetahuan yang kurang mengenai cara penularan virus ini. Yang lebih membuat saya gemas adalah bukan hanya masyarakat dengan pengetahuan yang kurang yang mendiskriminasi, tetapi saya sering menemukan bahwa beberapa kalangan medis pun demikian. Ya, kalangan medis, di antaranya dokter! 

Diskriminasi terhadap ODHA bukannya menghentikan penyebaran virus HIV, tetapi justru mempersulit pencegahannya. Kenapa? Karena dengan adanya diskriminasi terhadap ODHA, ODHA menjadi menutup diri, hal ini mempersulit dalam penanggulangan HIV AIDS. ODHA juga perlu akses untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai HIV AIDS. Sebagai contoh, seorang bapak yang terinfeksi HIV merahasiakan kepada istrinya bahwa dia telah terinfeksi HIV, sebagai akibatnya sang istri pun tertular, kemudian sang istri melahirkan bayi dengan HIV. See? Sekali lagi, diskriminasi malah mempersulit penanggulangan HIV AIDS!

Banyak orang beranggapan terinfeksi HIV berarti dunia ini kiamat sehingga ODHA dijauhi karena takut tertular. Oke, memang belum ditemukan obat untuk memberantas virus HIV, tetapi perkembangan teknologi farmasi saat ini membawa kita kepada obat ARV ( Anti Retro Virus ) yang mampu menurunkan dampak virus HIV terhadap ODHA yang rutin mengonsumsinya. HIV tidak ditularkan melalui berjabat tangan, berpelukan, minum dari gelas yang sama, gigitan nyamuk, atau terpapar batuk atau bersin dari ODHA. Itu cuma mitos yang salah di masyarakat. Penularan air ludah saat berciuman belum terbukti, kecuali bila terdapat luka ketika berciuman.  HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen, cairan vagina dan air susu ibu. Penularan melalui air susu ibu tergantung oleh jumlah virus ( viral load ) ODHA, semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula resikonya. HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, melalui suntikan narkoba; serta melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.

Anggapan bahwa seseorang terinfeksi HIV adalah sebagai akibat dari dosa-dosanya sendiri juga tidak sepenuhnya benar. Dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV pada ibu rumah tangga yang "tidak berdosa" meningkat. Berdasarkan Laporan Kemenkes Januari-Juni 2012, ibu rumah tangga menempati posisi ketiga kasus AIDS di Indonesia. 

Betapa kejamnya diskriminasi terhadap ODHA. Mereka manusia yang juga memiliki kesempatan untuk hidup bebas. Tidak semua dari mereka bersalah akibat perilaku mereka, jika memang akibat dari kesalahan mereka yang dulu, mereka tetap masih memiliki kesempatan untuk menjalani hidup. Beban hidup mereka dengan mengidap HIV AIDS sudah berat, jangan lagi ditambah dengan diskriminasi. Biarlah mereka dapat membuka diri dan bisa memberikan kesaksian kepada masyarakat. Dengan demikian HIV AIDS dapat lebih mudah ditanggulangi.

Stop diskriminasi ODHA!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar