Sabtu, 22 Oktober 2011

TENTANG MITRAL VALVE PROLAPS (MVP) dan MITRAL REGURGITATION TRIVIAL

Kemajuan ilmu dan teknologi di dunia kedokteran terkadang membuat pasien menjadi cemas. Kenapa demikian? Karena adanya istilah-istilah yang sebenarnya tidak terlalu penting atau berpengaruh yang justru membuat pasien bertanya-tanya penyakit apa yang sedang dideritanya.

Ekokardiografi adalah prosedur diagnostik yang menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah serta menilai fungsi jantung. Alat ini demikian canggih, khususnya color Doppler yang dapat mendeteksi adanya sekelompok kecil sel darah merah yang masuk ke atrium setiap katup atrioventrikular menutup. Kasus fisiologis yang terdeteksi oleh ekokardiografi ini dinamakan Trivial Mitral Regurgitation atau Tricuspidal Regurgitation. Nah, sering kali pasien cenderung cemas dengan hasil MR/TR Trivial ini. Trivial dalam Oxford Learner’s Thesaurus berarti not important atau tidak penting. Jadi, jangan langsung cemas dulu jika anda mendapatkan hasil MR/TR Trivial setelah anda melakukan pemeriksaan ekokardiografi. Namun MR/TR Trivial ini bisa menjadi penting bila ada adanya diagnosis penyakit jantung yang telah tegak (misalnya kardiomiopati dilatasi), PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), dll.

Ekokardiografi juga dapat mendeteksi adanya prolaps katup mitral atau mitral valve prolaps (MVP). Prolaps katup mitral adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh berbaliknya satu atau lebih apparatus katup mitral, daun katup, korda tendinea, muskulus papilaris, dan anulus katup dengan atau tanpa regurgitasi mitral. Nama lain dari Prolaps Katup Mitral adalah sindrom murmur klik sistolik, sindrom Barlow, katup mitral miksomatosa, billowing mitral cusp syndrome, dan redundant cusp syndrome. Pada prolaps katup mitral, selama ventrikel berkontraksi, daun katup menonjol ke atrium kiri, kadang-kadang memungkinkan terjadinya kebocoran (regurgitasi) sejumlah kecil darah ke dalam atrium.



Prevalensi Prolaps Katup Mitral di antara penyakit katup jantung 3--5% dari populasi. Wanita dua kali lebih banyak dari pria.

Penyebab / Faktor Resiko :

  •        Herediter/keturunan, khususnya mereka yang memiliki penyakit jaringan penyambung yang disebut     Sindroma Marfan yang menyebabkan gangguan pertumbuhan tubuh, sendi-sendi longgar, dan aneurisma aorta.
  •        Stres
  •        Kelelahan
  •        Wanita kurus yang memiliki kelainan dinding dada (misalnya skoliosis)
  •        Penderita kelainan septum atrial yang letaknya tinggi pada dinding jantung (ostium sekundum)
  •        Kehamilan (karena meningkatnya volume darah dan beban kerja jantung)

Gejala
Sebagian besar penderita tidak memiliki gejala. Pada banyak kasus, pasien asimtomatik dengan PKM biasanya mengalami kecemasan yang tidak semestinya akibat sakit jantungnya.Biasanya gejala muncul karena adanya regurgitasi. Gejala yang sering muncul antara lain :
  •         Nyeri dada
  •         Sakit kepala migren
  •         Palpitasi
  •         Kelelahan
  •         Pusing
Diagnosis
Berat badan pasien biasanya menurun, tekanan darah normal atau rendah, dan dapat terjadi hipotensi ortostatik. Prevalensi straight back syndrome sering terjadi, juga skoliosis, pectus excavatum, dan menyempitnya diameter anteroposterior tulang dada. RM dapat dideteksi pada palpasi di prekordium dan pulsasi karotis sebagai tanda khas.

Penemuan auskultasi pada sindrom PKM dapat dilakukan bersamaan dengan fonokardiografi. Gambaran auskultasi penting adalah klik midsistolik dan klik sistolik 0,14 detik setelah S1. Multipel mid dan sistolik lanjut didengar sepanjang sternum kiri bawah yang diartikan sebagai tekanan tiba-tiba dari perpanjangan korda tendinea dan prolaps dari daun katup. Klik ini sering terjadi, tetapi tidak bervariasi, diikuti dengan sistolik murmur kreskendo lanjut.

Ekokardiografi berperan penting dalam diagnostik sindroma Prolaps Katup Mitral dan untuk menentukan derajat regurgitasi mitral.

Penatalaksanaan
Pada pasien asimtomatik, dengan tidak adanya aritmia pada EKG rutin dan auskultasi panjang, dengan segmen ST normal dan tanpa bukti RM, mempunyai prognosis yang baik. Kemudian harus diikuti dalam 3--5 tahun. Hal ini termasuk pemeriksaan ekokardiogram 2 dimensi dan Doppler. Pasien dengan murmur sistolik yang panjang memperlihatkan frekuensi atau interval hampir 12 bulan.

Profilaksis endokarditis dianjurkan pada pasien dengan murmur sistolik tipikal dengan karakteristik ekokardiografi menggambarkan PKM dan beberapa bukti adanya PKM. Profilaksis tidak dianjurkan pada pasien wanita dengan klik midsistolik tanpa murmur sistolik. Rekomendasi lain mengungkapkan, profilaksis dilakukan pada pasien dengan karakteristik kompleks murmur klik sistolik yang dihubungkan dengan adanya bakteriemia sehingga diobati dengan antibiotik profilaksis endokarditis. Yaitu, pada pasien dengan klik sistolik isolasi berdasarkan ekokardiografi PKM dengan RM berat. Beberapa rekomendasi lain adalah pemberian antibiotik profilaksis pada pasien dengan klik sistolik isolasi yang menunjukkan bukti risiko tinggi PKM melalui ekokardiografi tanpa adanya RM.

Terapi harian aspirin direkomendasikan pada PKM dengan adanya fokal neurologis yang memiliki irama sinus dengan atau tanpa trombus di atrium. Ini diindikasikan pada pasien PKM pascastroke yang dikontraindikasikan mendapat antikoagulan. Namun, pada pasien dengan PKM, kejadian serebral dan yang timbul karena kasus lain, terapi antikoagulan dan atau aspirin dapat diberikan.

Terapi warfarin diberikan pada pasien PKM dengan fibrilasi atrial / fibrilasi atrial paroksismal dan beberapa pasien yang mendapat serangan TIA meskipun dalam pemberian terapi aspirin.

Pasien dengan riwayat palpitasi, sakit kepala, pingsan, aritmia ventrikel, dan Q-T memanjang pada EKG rutin, seharusnya menjalani pemantauan EKG ambulatori (24 jam) atau EKG latihan atau keduanya untuk mendeteksi aritmia. Sekalipun risiko kematian mendadak rendah, penelitian elektrofisiologi terhadap karakteristik aritmia pada pasien simtomatik harus dilakukan.

Penghambat beta berguna pada pengobatan sekunder palpitasi mengingat seringnya ventrikular premature beat dan episode lanjut takikardi supraventrikuler. Obat-obat ini berguna dalam pengobatan tidak enak di dada, bersamaan pasien dengan PJK dan dengan pembuluh koroner normal yang gejala-gejalanya mungkin disebabkan oleh iskemik regional sekunder pada PKM.

Ablasi melalui frekuensi gelombang dengan saluran ini berguna pada frekuensi atau episode memanjang dari takikardi supraventrikuler.

Pembedahan katup mitral diperlukan pada pasien PKM dengan kegagalan ventrikel kiri yang diakibatkan oleh RM berat yang tidak responsif dengan pengobatan. Bedah rekonstruksi tanpa penggantian katup dimungkinkan. Hampir setengah dari keseluruhan rekonstruksi katup mitral dengan RM pada pasien dengan PKM.

Di antara 252 pasien yang menjalani operasi di Rumah Sakit Wanita Brigham, reseksi pada banyak segmen katup yang deformitas dan insersi ring annuloplasti untuk mengecilkan dilatasi anulus adalah prosedur yang paling banyak dilakukan. Ruptur pada korda daun katup anterior kadang-kadang diobati dengan transfer korda dari daun katup posterior. Pada kasus lain, pemendekan korda dan atau muskulus papilaris diperlukan. Mortalitas operasi adalah 2%. Degenerasi katup struktural terjadi pada 15 persen dalam 5 tahun.

Kepustakaan lain mengungkapkan manajemen pasien PKM yang memerlukan tindakan bedah, terutama berkembangnya daun katup mitral akibat ruptur dan elongasi korda tendinea. Pembedahan ini umumnya berhasil, terutama jika predominan pada daun katup posterior. Pembedahan kurang direkomendasikan pada pasien dengan RM dan gejala yang berat yang memerlukan penggantian katup. Penggantian katup dengan mempertahankan korda direkomendasikan pada pasien asimtomatik dengan RM berat dan atrial fibrilasi kronik. Namun, sedikit data mendukung pembedahan pada pasien asimtomatik dengan RM berat dan tekanan arteri pulmonalis di atas 50 mmHg atau tekanan arteri pulmonalis latihan di atas 60 mmHg.
Bagaimanapun, pada klasifikasi III dan IV simtomatik harus dilakukan tindakan pembedahan. Pasien dengan RM berat dan tromboemboli berulang, meskipun mendapat antikoagulan direkomendasikan pembedahan katup mitral jika perbaikan katup mitral dipertahankan. Pembedahan tidak direkomendasikan pada pasien dengan RM berat dan rekuren aritmia ventrikel meskipun mendapat pengobatan.

Kesimpulan
Mayoritas sindrom PKM asimtomatik. Observasi dilakukan setiap tahun dengan memperhatikan komplikasi yang mungkin terjadi dari sindrom PKM sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat.