Rabu, 05 September 2012

My Favorite Wedding Songs

Which wedding songs will I choose for my wedding day, especially for the holy matrimony? I've already  had my list long ago before I knew who will be my groom. But, why only for the holy matrimony? Because I think it's easier to put your favorite wedding songs in the holy matrimony than in the traditional wedding reception. I'm ready to say goodbye to my wedding dream, and say hello to the complicated bataknese tradition. Well, here are my list of favorite wedding songs.

1. Jesu Joy of Man's Desiring
    Composer : Johan Sebastian Bach Cantata No. 147
    This one maybe the first song when I'm walking down the aisle. Hopeeee soooo...
  


2. Grace alone
    Artist : Christina Hamilton
    Here are the lyric, love it!

Every promise we can make
Every prayer and step of faith
Every difference we can make
is only by His grace

Every mountain we will climb
Every ray of hope we shine
Every blessing left behind
is only by His grace

(Chorus)
Grace alone which God supplies
Strength unknown He will provide
Christ in us our corner stone
We will go forth in grace alone

Every soul we long to reach
Every heart we hope to teach
Everywhere we share His peace
is only by His grace

Every loving word we say
Every tear we wipe away
Every sorrow turn to praise
is only by His grace

(chorus)


3. Father we commit to You
    Composer : Unknown

God before us, God beside
God within us abide
God in heaven and in this place
father we commit to You this day

God in pleaure, God in pain
God will ever remaind
God in gladness and God in strife
father we commit to You our lives

For we know, that you re faithfull
Through the stillness and the storm
For you've been with us from the start
Father we commit to You our hearts



4. Be Thou my Vision
    Traditional ireland hymn.
    English versification by Eleanor Hull, 1912.
    Indonesian translation : KJ 405 ( Kaulah ya Tuhan, Surya hidupku )

Be thou my vision, O Lord of my heart,
Be all else naught to me, save that thou art;
Thou my best thought in the day and the night,
Both waking and sleeping, thy presence my light.
Be thou my wisdom, be thou my true word,
Be thou ever with me, and I with thee Lord;
Be thou my great Father, and I thy true son;
Be thou in me dwelling, and I with thee one.
Be thou my breastplate, my sword for the fight;
Be thou my whole armour, be thou my true might;
Be thou my soul's shelter, be thou my strong tower:
O raise thou me heavenward, great Power of my power.
Riches I heed not, nor man's empty praise:
Be thou mine inheritance now and always;
Be thou and thou only the first in my heart;
O Sovereign of Heaven, my treasure thou art.
High King of Heaven, thou Heaven's bright sun,
O grant me its joys after victory is won!;
Great heart of my own heart, whatever befall,
Still be my vision, O Ruler of all.


Minggu, 02 September 2012

STOP DISKRIMINASI ODHA!


Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah acara di Metro TV tentang ibu-ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV. Saya  selalu sedih dan gemas jika membahas bagaimana stigma masyarakat kita terhadap ODHA ( Orang Dengan HIV AIDS ). Stigma tersebut selalu menyangkut masalah moral dan cara penularan HIV AIDS. Masyarakat kita beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang "kotor" akibat perilaku asusila mereka, sering berganti-ganti pasangan, atau pengguna narkoba. Mereka dipersalahkan, didiskriminasi, bukan hanya karena anggapan bahwa mereka tidak bermoral, tetapi juga karena pengetahuan yang kurang mengenai cara penularan virus ini. Yang lebih membuat saya gemas adalah bukan hanya masyarakat dengan pengetahuan yang kurang yang mendiskriminasi, tetapi saya sering menemukan bahwa beberapa kalangan medis pun demikian. Ya, kalangan medis, di antaranya dokter! 

Diskriminasi terhadap ODHA bukannya menghentikan penyebaran virus HIV, tetapi justru mempersulit pencegahannya. Kenapa? Karena dengan adanya diskriminasi terhadap ODHA, ODHA menjadi menutup diri, hal ini mempersulit dalam penanggulangan HIV AIDS. ODHA juga perlu akses untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai HIV AIDS. Sebagai contoh, seorang bapak yang terinfeksi HIV merahasiakan kepada istrinya bahwa dia telah terinfeksi HIV, sebagai akibatnya sang istri pun tertular, kemudian sang istri melahirkan bayi dengan HIV. See? Sekali lagi, diskriminasi malah mempersulit penanggulangan HIV AIDS!

Banyak orang beranggapan terinfeksi HIV berarti dunia ini kiamat sehingga ODHA dijauhi karena takut tertular. Oke, memang belum ditemukan obat untuk memberantas virus HIV, tetapi perkembangan teknologi farmasi saat ini membawa kita kepada obat ARV ( Anti Retro Virus ) yang mampu menurunkan dampak virus HIV terhadap ODHA yang rutin mengonsumsinya. HIV tidak ditularkan melalui berjabat tangan, berpelukan, minum dari gelas yang sama, gigitan nyamuk, atau terpapar batuk atau bersin dari ODHA. Itu cuma mitos yang salah di masyarakat. Penularan air ludah saat berciuman belum terbukti, kecuali bila terdapat luka ketika berciuman.  HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen, cairan vagina dan air susu ibu. Penularan melalui air susu ibu tergantung oleh jumlah virus ( viral load ) ODHA, semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula resikonya. HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, melalui suntikan narkoba; serta melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.

Anggapan bahwa seseorang terinfeksi HIV adalah sebagai akibat dari dosa-dosanya sendiri juga tidak sepenuhnya benar. Dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV pada ibu rumah tangga yang "tidak berdosa" meningkat. Berdasarkan Laporan Kemenkes Januari-Juni 2012, ibu rumah tangga menempati posisi ketiga kasus AIDS di Indonesia. 

Betapa kejamnya diskriminasi terhadap ODHA. Mereka manusia yang juga memiliki kesempatan untuk hidup bebas. Tidak semua dari mereka bersalah akibat perilaku mereka, jika memang akibat dari kesalahan mereka yang dulu, mereka tetap masih memiliki kesempatan untuk menjalani hidup. Beban hidup mereka dengan mengidap HIV AIDS sudah berat, jangan lagi ditambah dengan diskriminasi. Biarlah mereka dapat membuka diri dan bisa memberikan kesaksian kepada masyarakat. Dengan demikian HIV AIDS dapat lebih mudah ditanggulangi.

Stop diskriminasi ODHA!